Jalur Cuntel
Pemandangan (view) pegunungan di sebelah utara dan barat diantaranya adalah Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Ungaran, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Di sebelah timur terdapat view rawa pening, dan sebelum pemancar terdapat hamparan Eidelweis. Jika melalui jalur ini, maka akan bertemu dengan batas tiga kabupaten (Semarang, Magelang, Boyolali), pertemuan antara jalur pendakian Cuntel, Wekas dan Thekelan.
Puncak pertama yang akan dijumpai adalah Puncak Syarif, kemudian menyebrang menuju Puncak Kenteng Songo dan Puncak Triangulasi. Di jalur pendakian Cuntel akan dijumpai sumber mata air di sekitar Pos I, sehingga para pendaki bisa mengisi kebutuhan air disana. Sepanjang perjalanan dari pintu masuk pendakian Cuntel akan dijumpai berbagai macam flora maupun fauna/satwa.
Jenis tumbuhan yang bisa ditemui sepanjang pendakian adalah jenis Pinus, Tengsek, Cemara Gunung, Pinus, Pakis, Kemlandingan Gunung, Akasia dan lain-lain. Satwa yang bisa dijumpai di jalur pendakian Cuntel diantaranya adalah monyet ekor panjang, ayam hutan, elang maupun beberapa jenis burung lainnya. Dilihat dari data pengunjung di jalur pendakian Cuntel, rata-rata adalah wisatawan nusantara yang berasal dari Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Yogyakarta, dengan menggunakan sepeda motor dan mobil.
Fasilitas dan pelayanan yang ada di jalur pendakian Cuntel berupa shelter di Pos Bayangan I. Basecamp juga sebagai tempat usaha penjualan souvenir. Di basecamp juga dijual berbagai jenis bahan makan seperti mie goreng, mie rebus, roti kering dan lain-lain. Untuk menuju ke Jalur Pendakian Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga – Magelang turun di areal wisata Kopeng.
Untuk menuju ke dusun Cuntel bisa berjalan menyusuri jalan beraspal sejauh ± 2,5 km, atau dengan menggunakan jasa ojek. Di basecamp Cuntel yang berada di perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai souvenir berupa stiker maupun kaos. Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk.
Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata dan pernafasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan kacamata. Aksesibilitas dari jalan raya – basecamp Cuntel relatif mudah dijangkau dan bagus jalannya.
Bila dari Solo/Semarang, dapat ditempuh dengan bus jurusan Solo – Semarang/Semarang – Solo, turun di Pasar Sapi (Salatiga), kemudian ambil bus kecil jurusan Ngablak/Magelang turun di Kopeng. Bila dari Magelang, dapat ditempuh dengan bus Jurusan Yogya – Semarang turun di Magelang, kemudian pindah bus kecil Jurusan Magelang – Salatiga turun di Kopeng.
Seperti pada jalur pendakian umumnya, masalah yang dijumpai di jalur pendakian Cuntel adalah masalah sampah, baik di kawasan maupun sampah yang sudah dibawa turun oleh para pendaki. Kesadaran para pengunjung di jalur pendakian untuk tidak meninggalkan sampah di gunung masih rendah, sehingga banyak sampah yang ditinggalkan di kawasan. Maka dari itu penting sekali peran serta kita bersama dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Jalur Selo
Sepanjang perjalanan dari pintu masuk pendakian Selo akan dijumpai berbagai macam flora maupun fauna/satwa. Jenis tumbuhan yang isa ditemui sepanjang pendakian adalah jenis Bintami, Cemara Gunung, Puspa, Pinus, Pakis, Akasia decurens, Kesowo, Pampung, Cantigi, Eidelweiss dan lain sebagainya. Satwa yang bisa dijumpai di jalur pendakian Selo diantaranya adalah Rek-rekan (sebagai satwa prioritas di Taman Nasional Gunung Merbabu), Lutung budeng/Lutung hitam, monyet ekor panjang, ayam hutan, elang maupun beberapa jenis burung.
Dilihat dari data pengunjung di jalur pendakian Selo, rata-rata adalah wisatawan nusantara yang berasal dari kota-kota besar di Pulau Jawa, dengan menggunakan sepeda motor, mobil, atau menyewa kendaraan. Untuk menuju ke Selo dari Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo.
Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang. Di Pasar ini terdapat patung Sapi yang melambangkan industri peternakan sapi yang menjadi andalan pendapatan masyarakat Boyolali.
Pendaki bisa menyewa mobil bak sayuran untuk menuju ke basecamp, atau bisa juga naik ojek. Untuk pemanasan pendakian, berjalan kaki bisa menjadi pilihan yang lebih murah. Kondisi Jalan Solo – Boyolali – Selo cukup bagus, jalan arah Selo – Basecamp Genting, jalanan sudah cor beton, menanjak dan bila hujan agak rawan. Kondisi jalan Jogja – Magelang – Selo, sedikit ada perbaikan jalan di sekitar Selo sampai batas kabupaten Magelang, sehingga menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan (buka tutup jalan).
Seperti pada jalur pendakian umumnya, masalah yang dijumpai di jalur pendakian Selo adalah masalah sampah, baik di kawasan maupun sampah yang sudah dibawa turun oleh para pendaki. Kesadaran para pengunjung di jalur pendakian selo untuk tidak meninggalkan sampah di gunung masih rendah, sehingga banyak sampah yang ditinggalkan di kawasan. Sepanjang jalur pendakian Selo juga tidak akan dijumpai sumber mata air, sehingga para pengunjung harus memperhitungkan benar kebutuhan air yang harus disiapkan selama kegiatan dilaksanakan.
Fasilitas dan pelayanan yang ada di jalur pendakian Selo diantaranya adalah Pos pemungutan retribusi PNBP dan basecamp yang dikelola oleh warga. Di situ juga digunakan sebagai tempat penjualan berbagai macam souvenir (gantungan kunci, kaos, stiker, slayer,dll), sewa alat-alat pendakian / sewa alat outdoor. Di basecamp juga menyediakan berbagai jenis makanan (soto, mie goreng / mie rebus, nasi rames), aneka minuman (kopi, teh, susu dan lain-lain). Untuk menuju ke Selo bisa ditempuh dari Magelang atau dari Boyolali, namun lebih mudah memperoleh kendaraan umum dari Boyolali.
Untuk menuju ke Boyolali dari Semarang naik bus ke Solo atau sebaliknya dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di Boyolali. Apabila dari Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo – Semarang turun di Boyolali. Pemandangan (view) pegunungan di selatan dan timur antara lain Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Pemandangan dari Pos 3 Batu tulis sungguh memesona, dapat terlihat Gunung Merapi dari kejauhan dan hamparan sabana yang luas begitu juga hamparan edelweiss.
Pemandangan in bisa dinikmati mulai Pos 3 Batu Tulis sampai dengan Pos 4 Sabana I menuju Pos 5 Sabana II. Tepat di Pos 5 Sabana II ini, terdapat hamparan sabana yang cukup luas dan view yang bagus ketika cuaca cerah. Satu jam perjalanan dari Pos 5 Sabana II ini akan bertemu dengan Puncak Triangulasi dan Puncak Kenteng Songo. Di Puncak Kenteng Songo ini terdapat ”Lumpang” sebanyak 6 (enam) buah. Pada puncak inilah kita dapat menikmati peristiwa sunset dan sunrise yang indah.
Jalur Thekelan
Pemandangan (view) pegunungan di sebelah utara dan barat diantaranya adalah Gunung Telomoyo, Gunung Andong, Gunung Ungaran, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Di jalur pendakian ini, akan ditemui beberapa sumber mata air, sehingga pendaki bisa mengisi persedian air. View yang didapat diantaranya adalah view Pereng Putih dan Watu Gubug. Jika melalui jalur ini, maka akan bertemu dengan batas tiga kabupaten (Semarang, Magelang, Boyolali), pertemuan antara jalur pendakian Cuntel, Wekas dan Thekelan.
Puncak pertama yang akan dijumpai adalah Puncak Syarif, kemudian menyeberang menuju Puncak Kenteng Songo dan Puncak Triangulasi. Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Kita mendaki gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Kita dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang.
Watu Gubug konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib. Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat kita mendaki Gn. Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang.
Pos IV yang berada di puncak Gn. Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio. Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Kita dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan disini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang disisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang. Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gn.Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk melakukan pendakian.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong kita setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Sepanjang perjalanan dari pintu masuk pendakian Thekelan akan dijumpai berbagai macam flora maupun fauna/satwa. Jenis tumbuhan yang bisa ditemui sepanjang pendakian adalah jenis Bintami, Pinus, Tengsek, Cemara Gunung, Pinus, Pakis, Kemlandingan Gunung, Akasia dan lain-lain. Satwa yang bisa dijumpai di jalur pendakian Cuntel diantaranya adalah monyet ekor panjang, ayam hutan, elang maupun beberapa jenis burung lainnya.
Dilihat dari data pengunjung di jalur pendakian Thekelan, rata-rata adalah wisatawan nusantara yang berasal dari Jawa Tengah, DKI Jakarta, DIY dan Jawa Barat. Fasilitas dan pelayanan yang ada di jalur pendakian Thekelan berupa shelter di Pos Bayangan I. Basecamp juga sebagai tempat usaha penjualan souvenir. Di basecamp juga dijual berbagai jenis bahan makan seperti mie goreng, mie rebus, roti kering dan lain-lain.
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogya, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogya naik bus ke Magelang dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng.
- Bus Jur. Solo – Semarang, turun di Pasar Sapi (Salatiga) – Bus Kecil Jurusan Magelang – Kopeng turun di Kopeng
- Bus Jur. Yogya-Semarang turun di Magelang.
- Bus Kecil Jurusan Magelang – Salatiga turun di Kopeng.
Seperti pada jalur pendakian umumnya, masalah yang dijumpai di jalur pendakian Cuntel adalah masalah sampah, baik di kawasan maupun sampah yang sudah dibawa turun oleh para pendaki. Kesadaran para pengunjung di jalur pendakian selo untuk tidak meninggalkan sampah di gunung masih rendah, sehingga banyak sampah yang ditinggalkan di kawasan.
Jalur Wekas
Jalur Suwanting
Jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting merupakan jalur pendakian sisi barat Gunung Merbabu yang berada di kabupaten Magelang. Lokasi basecamp Suwanting berada di Jl. Suwanting, Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah.
Jalur pendakian Gunung Merbabu sangat terjal, karena terbentang deretan bukit yang sangat tinggi dan curam, jalur Suwanting dijuluki sebagai jalur Merbabu yang nggak ada bonusnya. Jalur pendakian ini kurang cocok bagi pendaki pemula, karena tekstur jalur nanjak sampai puncak.
Jalur pendakian Suwanting berada di bagian barat gunung Merbabu. Di mana, area sebelah barat gunung Merbabu tidak ada bukit atau lembah yang landai. Semua tinggi, dan curam. Kemiringan rata-rata tanjakan di jalur Suwanting adalah 30,8 derajat. Pada beberapa medan pendakian, ada tanjakan simpangdua yang kemiringannya sampai 59,1 derajat. Artinya, pendaki harus siap nanjak mulai dari basecamp sampai ke puncak.
jalur pendakian Suwanting terkenal dengan angin dinginnya. Suhu udara di area ngecamp sekitar 3-8 derajat Celsius di malam hari. Artinya, pendaki butuh tenda anti angin agar tetap hangat selama bermalam di area pos 3.
jarak pendakian dari basecamp ke puncak Triangulasi gunung Merbabu sekitar 6,45 km. Artinya, jalur Suwanting jauh lebih berat daripada jalur Selo 5,75 Km. Belum lagi jalur pendakian Suwanting penuh tanjakan sejak awal pendakian.
Jalur pendakian Merbabu via Suwanting selain berat dan penuh tantangan, namun jalur pendakian ini memiliki daya tarik yang luar biasa di banding jalur pendakian lainya, pesona jalur pendakian Gunung Merbabu via Suwanting, yuk nikmati jalur pendakian fenomenal Gunung Merbabu.
- Durasi Basecamp ke Gerbang Suwanting - 35 menit
- Durasi Gerbang Suwanting ke Pos 1 - 60 menit
- Durasi Pos 1 ke Pos 2 - 180 menit
- Durasi Pos 2 ke Pos 3 - 195 menit
- Durasi Pos 3 ke Sabana 1 - 35 menit
- Durasi Sabana 1 ke Sabana 2 - 40 menit
- Durasi Sabana 2 ke Sabana 3 - 25 menit
- Durasi Sabana 3 ke Puncak Suwanting - 35 menit
- Durasi Puncak Suwanting ke Puncak Triangulasi - 35 menit
- Durasi Puncak Triangulasi ke Puncak Kenteng Songo - 10 menit
- Total Durasi Naik 650 menit = 10 jam 50 menit
- Durasi Turun Pos 6 ke Pos 5 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 5 ke Pos 4 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 4 ke Pos 3 - 40 menit
- Durasi Turun Pos 3 ke Pos 2 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 2 ke Pos 1 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 1 ke Basecamp - 90 jam
- Total Durasi Turun 5 jam
- Tempat Terbaik Mendirikan Tenda adalah pos 4 ( Sabana 1 ) sehingga kami dapat susunkan acuan sebagai berikut
- Durasi naik ke Pos 4 - 5 jam
- Durasi summit - 2 jam
- Durasi turun summit - 1 jam
- Durasi turun ke basecamp - 4 jam
- 09.00 rombongan sudah siap melaksanakan pendakian
- 09.00-10.00 brifieng, cek list sampah, cek in kode book, mengurus simaksi
- 10.00-15.00 pendakian ke pos 4 ( Sabana 1 )
- 15.00-03.00 istirahat, makan malam, free program
Hari Kedua Pendakian
- 03.00-03.30 prepare summit attack
- 03.30-05.30 summitt attack Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
- 05.30-07.00 menikmati keindahan atap Gunung Merbabu 3.142 mdpl dan menghangatkan tubuh
- 07.00-08.30 turun kembali ke Pos 4
- 08.30-11.00 istirahat, makan pagi, prepare turun ke basecamp
- 11.00-15.00 turun ke basecamp
- 15.00 free program
Catatan :
- Saat ini pendakian Gunung Merbabu sudah terdapat HM ( Hekto Meter ) yang dapat mempermudah untuk memperkirakan durasi pendakian, salah tidaknya jalur dan untuk memberikan pertolongan apabila ada kendala selama pendakian.
- HM 00 dimulai dari Basecamp
- HM 17 Pos 1 Dok Malang
- HM 26 Pos 2 Pandean
- HM 31 Pos 3 Batu Tulis
- HM 37 Pos 4 Sabana 1
- HM 42 Pos 5 Sabana 2
- HM 52 Pos 6 Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
Merapi Village, Villa di Basecamp Pendakian Gunung Merbabu via Selo
Salah satu kesuksesan pendakian adalah persiapan yang matang. Salah satu yang perlu dipersiapkan sebelum dan sesudah pendakian adalah tempat istirahat yang nyaman sehingga istirahat menjadi lebih optimal dan maksimal.
Dengan jarak 2,4 km dari Basecamp Pendakian Gunung Merbabu via Selo, Villa Merapi Village merupakan salah satu rekomendasi bagi Anda yang ingin beristirahat di kaki bukit Gunung Merbabu dan menikmati indahnya sunrise Matahari di balik Gunung Merapi.
Apabila Anda ingin membook Merapi Village dan tidak mengetahui cara nya dapat langsung untuk menghubungi kami.
Dan apabila Anda ragu untuk membawa naik kendaraan Anda ke Basecamp Pendakian Gunung Merbabu via Selo dapat menggunakan shuttle / lokal transport yang disediakan.
Sampai informasi ini kami tulis,
Berikut fasilitas yang disediakan
- Lantai 1 - 3 kamar, ruangan keluarga luas ( kapasitas maks 30 orang )
- Lantai 2 - 3 kamar, ruangan keluarga sedang ( kapasitas maks 15 orang )
- Lantai 3 - 2 kamaran, kapasitas maks 2 orang / kamar
Salam sukses dan salam petualangan !!!..
Shuttle, Lokal Transport Basecamp Gunung Merbabu via Selo Boyolali Jawa Tengah
Tidak jarang para pendaki yang hendak mengunjungi Basecamp Pendakian Gunung Merbabu via Selo mempunyai kecemasan karena akses menuju Basecamp ( titik start ) Pendakian memang cukup sempit dan dibeberapa lokasi tidak memungkinkan untuk berpapasan secara langsung, 1 mengalah dan yang 1 mencari jalan untuk tetap melaju sehingga perjalanan tetap bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
Terutama bagi yang menggunakan kendaraan bis besar, bis kecil jelas tidak memungkinkan untuk naik ke basecamp. Untuk Hiace tergantung dari kemahiran driver. Untuk ELF Long bisa selama yakin.
Namun apabila ragu ragu lebih baik menghubungi kami dan kendaraan bisa di parkir di sekitar Polsek Selo Boyolali agar semuanya berjalan dengan baik, terutama masalah keamanan dan keselamatan karena kalau driver ragu dan kurang yakin akan membuat perjalanan jadi semakin dag dig dug.
Selain karena akses yang kecil, sempit, menanjak dan menikung juga masalah parkiran yang mayoritas di tepi jalan utama.
Kalau membutuhkan informasi, konsultasi pendakian ke Gunung Merbabu via Selo langsung saja menghubungi admin di nomor 085 643 455 685 ( Syarif )
Penginapan di Lereng Gunung Merbabu via Selo
Bagi Anda yang ingin mendaki, atau ingin staycation bersama keluarga, atau ingin gathering bersama rekan rekan kantor atau hanya ingin mengadakan reuni SMP, SMA, kuliah dan semisalnya maka Anda sudah berada di laman yang tepat.
Kami akan memberikan beberapa informasi beberapa penginapan yang berada di Lereng Merbabu jalur pendakian Selo Boyolali Jawa Tengah.
Penginapan Hemat
Salah satu kelebihan di Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Selo adalah terdapatnya penginapan warga yang dibantu oleh Damandiri. Dengan konsep setiap rumah menyediakan 1-3 kamar untuk pengunjung sehingga kesan menginap bersama dengan warga sekitar
Penginapan Kekinian
Salah satu kelebihan di Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Selo adalah terdapatnya banyak properti baru yang menyediakan penginapan kekinian baik dengan konsep glamping, cottage maupun villa
Penginapan Gathering dan Staycation
Salah satu kelebihan di Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Selo adalah terdapatnya banyak properti yang dijadikan pilihan dan mampu menampung rombongan dalam jumlah yang banyak.
Biaya Tarif Guide Porter Gunung Merbabu |
Biaya Tarif Porter Guide Gunung Merbabu via Selo Suwanting Kopeng Wekas Thekelan dan Chuntel
Salah satu hal yang sering ditanyakan oleh pendaki adalah biaya tarif porter Gunung Merbabu. Mengingat semua jalur pendakian Gunung mempunyai karakter dan tingkat kesulitan yang berbeda beda maka akan kami rangkumkan sedikit biaya tarif yang sudah kami sesuaikan dengan kenaikan BBM beberapa waktu yang lalu.
Biaya / Tarif Guide, Porter Gunung Merbabu via Selo
- Durasi 2H1M - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 750rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 850ribu
- Guide - 900ribu
- Durasi 1 Hari - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 400rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 500ribu
- Guide - 500ribu
Biaya / Tarif Guide, Porter Gunung Merbabu via Suwanting
- Durasi 2H1M - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 750rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 850ribu
- Guide - 900ribu
- Durasi 1 Hari - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 400rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 500ribu
- Guide - 500ribu
Biaya / Tarif Guide, Porter Gunung Merbabu via Kopeng Wekas
- Durasi 2H1M - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 750rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 850ribu
- Guide - 900ribu
- Durasi 1 Hari - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 400rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 500ribu
- Guide - 500ribu
Biaya / Tarif Guide, Porter Gunung Merbabu via Kopeng Thekelan
- Durasi 2H1M - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 750rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 850ribu
- Guide - 900ribu
- Durasi 1 Hari - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 400rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 500ribu
- Guide - 500ribu
Biaya / Tarif Guide, Porter Gunung Merbabu viaKopeng Chuntel
- Durasi 2H1M - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 750rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 850ribu
- Guide - 900ribu
- Durasi 1 Hari - Beban Maksimal 20kg
- Porter Sampai Pos 4 ( Sabana 1 ) - 400rb
- Porter Sampai Pos 5 ( Sabana 2 ) - 500ribu
- Guide - 500ribu
Biaya dan Tarif tersebut dapat dijadikan acuan untuk menyusun anggaran belanja pendakian, apabila biaya tarif yang kami informasikan cukup berat dapat dikonsultasikan dengan admin atau dengan team ( guide / porter ) yang bertugas dilapangan.
Pos 4 Sabana 1 Gunung Merbabu via Selo |
Porter Merbabu, Perkiraan Waktu Pendakian Gunung Merbabu via Selo Boyolali Jawa Tengah
- Durasi Basecamp ke Pos 1 - 2jam
- Durasi Pos 1 ke Pos 2 - 1 jam
- Durasi Pos 2 ke Pos 3 - 1 jam
- Durasi Pos 3 ke Pos 4 - 1 jam
- Durasi Pos 4 ke Pos 5 - 1 jam
- Durasi Pos 5 ke Pos 6 - 1 jam
- Total Durasi Naik 7 jam
- Durasi Turun Pos 6 ke Pos 5 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 5 ke Pos 4 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 4 ke Pos 3 - 40 menit
- Durasi Turun Pos 3 ke Pos 2 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 2 ke Pos 1 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 1 ke Basecamp - 90 jam
- Total Durasi Turun 5 jam
- Tempat Terbaik Mendirikan Tenda adalah pos 4 ( Sabana 1 ) sehingga kami dapat susunkan acuan sebagai berikut
- Durasi naik ke Pos 4 - 5 jam
- Durasi summit - 2 jam
- Durasi turun summit - 1 jam
- Durasi turun ke basecamp - 4 jam
- 09.00 rombongan sudah siap melaksanakan pendakian
- 09.00-10.00 brifieng, cek list sampah, cek in kode book, mengurus simaksi
- 10.00-15.00 pendakian ke pos 4 ( Sabana 1 )
- 15.00-03.00 istirahat, makan malam, free program
Hari Kedua Pendakian
- 03.00-03.30 prepare summit attack
- 03.30-05.30 summitt attack Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
- 05.30-07.00 menikmati keindahan atap Gunung Merbabu 3.142 mdpl dan menghangatkan tubuh
- 07.00-08.30 turun kembali ke Pos 4
- 08.30-11.00 istirahat, makan pagi, prepare turun ke basecamp
- 11.00-15.00 turun ke basecamp
- 15.00 free program
Catatan :
- Saat ini pendakian Gunung Merbabu sudah terdapat HM ( Hekto Meter ) yang dapat mempermudah untuk memperkirakan durasi pendakian, salah tidaknya jalur dan untuk memberikan pertolongan apabila ada kendala selama pendakian.
- HM 00 dimulai dari Basecamp
- HM 17 Pos 1 Dok Malang
- HM 26 Pos 2 Pandean
- HM 31 Pos 3 Batu Tulis
- HM 37 Pos 4 Sabana 1
- HM 42 Pos 5 Sabana 2
- HM 52 Pos 6 Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
Pos 4 Sabana 1 Gunung Merbabu via Selo |
Porter Merbabu, Perkiraan Waktu Pendakian Gunung Merbabu via Selo Boyolali Jawa Tengah
- Durasi Basecamp ke Pos 1 - 2jam
- Durasi Pos 1 ke Pos 2 - 1 jam
- Durasi Pos 2 ke Pos 3 - 1 jam
- Durasi Pos 3 ke Pos 4 - 1 jam
- Durasi Pos 4 ke Pos 5 - 1 jam
- Durasi Pos 5 ke Pos 6 - 1 jam
- Total Durasi Naik 7 jam
- Durasi Turun Pos 6 ke Pos 5 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 5 ke Pos 4 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 4 ke Pos 3 - 40 menit
- Durasi Turun Pos 3 ke Pos 2 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 2 ke Pos 1 - 30 menit
- Durasi Turun Pos 1 ke Basecamp - 90 jam
- Total Durasi Turun 5 jam
- Tempat Terbaik Mendirikan Tenda adalah pos 4 ( Sabana 1 ) sehingga kami dapat susunkan acuan sebagai berikut
- Durasi naik ke Pos 4 - 5 jam
- Durasi summit - 2 jam
- Durasi turun summit - 1 jam
- Durasi turun ke basecamp - 4 jam
- 09.00 rombongan sudah siap melaksanakan pendakian
- 09.00-10.00 brifieng, cek list sampah, cek in kode book, mengurus simaksi
- 10.00-15.00 pendakian ke pos 4 ( Sabana 1 )
- 15.00-03.00 istirahat, makan malam, free program
Hari Kedua Pendakian
- 03.00-03.30 prepare summit attack
- 03.30-05.30 summitt attack Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
- 05.30-07.00 menikmati keindahan atap Gunung Merbabu 3.142 mdpl dan menghangatkan tubuh
- 07.00-08.30 turun kembali ke Pos 4
- 08.30-11.00 istirahat, makan pagi, prepare turun ke basecamp
- 11.00-15.00 turun ke basecamp
- 15.00 free program
Catatan :
- Saat ini pendakian Gunung Merbabu sudah terdapat HM ( Hekto Meter ) yang dapat mempermudah untuk memperkirakan durasi pendakian, salah tidaknya jalur dan untuk memberikan pertolongan apabila ada kendala selama pendakian.
- HM 00 dimulai dari Basecamp
- HM 17 Pos 1 Dok Malang
- HM 26 Pos 2 Pandean
- HM 31 Pos 3 Batu Tulis
- HM 37 Pos 4 Sabana 1
- HM 42 Pos 5 Sabana 2
- HM 52 Pos 6 Puncak Kenteng Songo / Trianggulasi
Gunung Merbabu 3.142 MDPL
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasGunung Merbabu
Jawa:ꦒꦸꦤꦸꦁꦩꦼꦂꦧꦧꦸ
Merbabu dilihat dari arah Jalan Tol Semarang–Solo
Titik tertinggi
Ketinggian 3.145 m (10.318 ft)[1]
Puncak 2.432 m (7.979 ft)[1]
Masuk dalam daftar Ultra
Ribu
Koordinat 7.5°S 110.4°E
Geografi
Merbabu
Semarang, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Indonesia
Geologi
Jenis gunung Stratovolcano
Letusan terakhir 1797
Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur Pendakian
Halaman ini dicalonkan untuk dipindahkan ke Wikiwisata menggunakan proses Transwiki.
Jika Anda merasa halaman ini dapat ditulis kembali menjadi sebuah artikel ensiklopedis, silakan lakukan dan Anda boleh menghapus pesan ini setelahnya.
Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.
Jalur Kopeng Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogyakarta naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat banyak jalur menuju ke Puncak, tetapi lebih baik melewati desa tekelan karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa memperoleh air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha[2] sehingga akan kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Pada bulan Sapar, penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending pendaki dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I pendaki akan melewati Pereng Putih dan harus berhati-hati karena jalanan yang sangat terjal. Kemudian pendaki melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama pada malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Pendaki mendaki Gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Pendaki dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat pendaki mendaki Gunung Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gunung Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Pendaki dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian pendaki akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo, pendaki dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong pendaki setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang menarik. Pendaki akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah. Di sepanjang jalan pendaki dapat menyaksikan Gunung Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.
Pendaki akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki akan sampai diperkampungan penduduk.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Wekas
Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama pada hari libur. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam. Jalur dimulai dari perjalanan sepanjang ladang. Setelah sekitar 500 meter pendakian, akan mencapai Makam Tetua Desa sebagai batas antara ladang penduduk dan hutan pinus.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Pos I berjarak sekitar 1,5 km dari basecamp. sebelum mencapai Pos I pendaki akan menemui Pos i Bayangan yang ditandai dengan Papan Nama. Pos I Bayangan merupakan lahan terbuka yang bisa digunakan untuk beristirahat dan berkemah. tidak ada sumber air baik di Pos I maupun pos I bayangan. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak. Terdapat toilet di Pos II sejumlah 4 buah.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gunung Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur Kopeng Cunthel
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gunung Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Padang sabana menjadi salah satu alasan ramainya pengunjung di Taman Nasional Gunung Merbabu, namun ramainya pengunjung juga berimbas pada erosi yang terjadi di sepanjang jalur pendakian Selo.
Jalur Selo
Jalur pendakian Merbabu Via Selo saat ini menjadi jalur yang relatif lebih ramai dari jalur yang lainnya. Pemandangan yang indah dengan sabana yang menghampar membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Ditambah lagi dari jalur ini tetangga dekat gunung merbabu yaitu Merapi bisa terlihat dengan jelas.
Akses ke lokasi adalah yogyakarta atau Solo, jika dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali. Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang.
Awal pendakian, pendaki akan disambut gapura selamat datang dari Taman Nasional Gunung Merbabu. Memasuki pintu hutan suasana jalanan kiri kanan dipenuhi pohon pinus dan lamtoro, di siang haripun akan terasa sejuk. Jalanan masih cukup landai hingga 15 menit perjalanan. Setelah berjalan 1-1,5 jam sampailah di pos 1 (Dok Malang). Pos ini masih berada di rimbunnya pepohonan.
Selepas pos 1, trek belum lah terasa cukup curam, ada satu tanjakan yang lumayan terjal dan di puncaknya adalah pos bayangan. Baru setelah berjalan 20 menit dari pos bayangan pendaki akan sampai di pos 2 (pandean) jarak dari pos 1-2 ini bisa dibilang panjang.
Selanjutnya, jarak antara pos 2 dan 3 tidaklah jauh. Sekitar 45 menit berjalan, pendaki akan sampai di pos 3 (Watu Tulis) pemandangan di Sini cukup indah dengan merapi yang cukup jelas jika tidak berkabut. Ditambah lagi dengan rimbunnya pohon-pohon edelweis. Sebaiknya istirahat sedikit lama di pos 3 ini.
Menuju pos 4 (Sabana 1) pendaki akan dihadapkan dengan trek yang cukup membuat nafas tersendat. Trek yang terjal dengan tanah yang mudah membuat tergelincir. Pilih jalan sedikit ke kiri untuk karena di sebelah kiri bisa mendapat pegangan.
Sabana 1 ini merupakan salah satu tempat menarik untuk berkemah, tempatnya yang datar dan pemandangannya yang indah mungkin menjadi alasan para pendaki memilih untuk mendirikan tenda mereka di sini. Namun angin di tempat ini cukup kencang, terlebih lagi sangat rawan badai.
Dari sabana 1 untuk menuju sabana 2 (pos 5) tidaklah diperlukan waktu yang lama. Sekitar 40 menit saja. Trek berupa tanjakan yang sedikit terjal meski tidak seterjal antara pos 3-pos 4 namun angin cukup kencang bila malam di tempat ini. setelah sampai puncak bukit kita akan berjalan menurun dan sampailah di pos 5 (sabana 2). Meskipun terpaan angin masih terasa besar tetapi menurut saya inilah tempat mendirikan tenda yang pas.
Jika menginginkan menikmati sunrise di puncak, sebaiknya mulai bangun jam 3 pagi untuk menyiapkan sarapan dan melakukan summit attack. Waktu tempuh ke puncak sekitar 1 – 1,5 jam. Kalau malas bangun pagi, sunrise bisa dinikmati di bukit sebelah timur sabana. Keuntungan jalur ini adalah, sunrise bisa dinikmati di sepanjang jalur pendakian.
Catatan: untuk para pendaki yang naik dari jalur Selo, kebutuhan air minum harus dibawa dari bawah/basecamp karena sepanjang perjalanan ke puncak tidak sumber air.
Lanskap sisi barat daya Taman Nasional Gunung Merbabu. Gunung Merbabu terkenal dengan keindahan padang rumputnya yang sering disebut dengan 'sabana'. namun seiring dengan meningkatnya pengunjung, keindahan sabana ini juga terancam untuk rusak.
Jalur Suwanting
Jalur Suwanting adalah jalur yang pernah dibuka pada tahun 1990 dan 1998, tetapi setelah tahun 1998 jalur ini ditutup untuk pendakian dan baru awal tahun 2015 lalu jalur ini kembali dibuka.
Jalur pendakian ini terletak di Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang yang jaraknya sekitar 5 km dari Gardu pandang Ketep Pass. Jika berangkat dari Kota Yogyakarta memerlukan dua jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua.
Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting ini terkenal indah dan memiliki pemandangan sabana yang menarik perhatian pendaki gunung. Jalur ini memiliki tiga Pos (Pos Lembah Lempong, Pos Selter Bendera, dan Pos Ndampo Awang). Pendaki dapat mendirikan tenda di pos 2 dan pos 3 karena lokasinya cukup luas dan pemandangannya sungguh indah dengan latar belakang Gunung Merapi.
Di Jalur ini pendaki tidak perlu khawatir kekurangan air, karena di sepanjang jalur pendakian memiliki tiga pos air yang bisa di gunakan untuk konsumsi, Pos air terletak di bawah Lembah cemoro, Lembah manding dan terakhir di bawah pos 3.
Setelah dari pos 3, pendaki akan melewati sabana yang menyejukkan. Jika berkunjung pada musim penghujan atau kisaran bulan Mei - Agustus, pendaki akan menemui padang rumput berwarna hijau.
Galeri
Pemandangan Gunung Merbabu dilihat dari gerbang toll salatiga
Gerbang Pendakian Gunung Merbabu via Selo
Pemandangan Gunung Merapi dari Gunung Merbabu
Pos 2 Gunung Merbabu via Selo
Padang Savana 1 Gunung Merbabu via Selo
Lihat pulaDaftar gunung di Indonesia
Referensi
"Mountains of the Indonesian Archipelago" Peaklist.org. Retrieved 2012-06-23.
"Dusun Buddhis Takelan di Lereng Gunung Merbabu". Harmoni Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2019-07-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-06. Diakses tanggal 2021-01-04.
Gunung Merbabu 3.142 MDPL
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasGunung Merbabu
Jawa:ꦒꦸꦤꦸꦁꦩꦼꦂꦧꦧꦸ
Merbabu dilihat dari arah Jalan Tol Semarang–Solo
Titik tertinggi
Ketinggian 3.145 m (10.318 ft)[1]
Puncak 2.432 m (7.979 ft)[1]
Masuk dalam daftar Ultra
Ribu
Koordinat 7.5°S 110.4°E
Geografi
Merbabu
Semarang, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah), Indonesia
Geologi
Jenis gunung Stratovolcano
Letusan terakhir 1797
Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.
Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.
Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur Pendakian
Halaman ini dicalonkan untuk dipindahkan ke Wikiwisata menggunakan proses Transwiki.
Jika Anda merasa halaman ini dapat ditulis kembali menjadi sebuah artikel ensiklopedis, silakan lakukan dan Anda boleh menghapus pesan ini setelahnya.
Gunung Merbabu cukup populer sebagai ajang kegiatan pendakian. Medannya tidak terlalu berat namun potensi bahaya yang harus diperhatikan pendaki adalah udara dingin, kabut tebal, hutan yang lebat namun homogen (hutan tumbuhan runjung, yang tidak cukup mendukung sarana bertahan hidup atau survival), serta ketiadaan sumber air. Penghormatan terhadap tradisi warga setempat juga perlu menjadi pertimbangan.
Jalur Kopeng Thekelan
Dari Jakarta bisa naik kereta api atau bus ke Semarang, Yogyakarta, atau Solo. Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di kota Salatiga, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari Yogyakarta naik bus ke Magelang, dilanjutkan dengan bus kecil ke Kopeng. Dari kopeng terdapat banyak jalur menuju ke Puncak, tetapi lebih baik melewati desa tekelan karena terdapat Pos yang dapat memberikan informasi maupun berbagai bantuan yang diperlukan. Pos Tekelan dapat ditempuh melalui bumi perkemahan Umbul Songo.
Di bumi perkemahan Umbul Songo Anda dapat beristirahat menunggu malam tiba, karena pendakian akan lebih baik dilakukan malam hari tiba dipuncak menjelang matahari terbit. Andapun dapat beristirahat di Pos Thekelan yang menyediakan tempat untuk tidur, terutama bila tidak membawa tenda. Dapat juga berkemah di Pos Pending karena di tiga tempat ini kita bisa memperoleh air bersih.
Masyarakat di sekitar Merbabu mayoritas beragama Budha[2] sehingga akan kita temui beberapa Vihara di sekitar Kopeng. Penduduk sering melakukan meditasi atau bertapa dan banyak tempat-tempat menuju puncak yang dikeramatkan. Pantangan bagi pendaki untuk tidak buang air di Watu Gubug dan sekitar Kawah. Juga pendaki tidak diperkenankan mengenakan pakaian warna merah dan hijau.
Pada tahun baru jawa 1 suro penduduk melakukan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Pada bulan Sapar, penduduk Selo (lereng Selatan Merbabu) mengadakan upacara tradisional. Anak-anak wanita di desa tekelan dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh keselamatan. Perjalanan dari Pos Tekelan yang berada di tengah perkampungan penduduk, dimulai dengan melewati kebun penduduk dan hutan pinus. Dari sini kita dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah ke arah Gunung Telomoyo dan Rawa Pening.
Di Pos Pending pendaki dapat menemukan mata air, juga kita akan menemukan sungai kecil (Kali Sowo). Sebelum mencapai Pos I pendaki akan melewati Pereng Putih dan harus berhati-hati karena jalanan yang sangat terjal. Kemudian pendaki melewati sungai kering, dari sini pemandangan sangat indah ke bawah melihat kota Salatiga terutama pada malam hari.
Dari Pos I kita akan melewati hutan campuran menuju Pos II, menuju Pos III jalur mulai terbuka dan jalan mulai menanjak curam. Pendaki mendaki Gunung Pertapan, hempasan angin yang kencang sangat terasa, apalagi berada di tempat terbuka. Pendaki dapat berlindung di Watu Gubug, sebuah batu berlobang yang dapat dimasuki 5 orang. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan makhluk ghaib.
Bila ada badai sebaiknya tidak melanjutkan perjalanan karena sangat berbahaya. Mendekati pos empat pendaki mendaki Gunung Watu tulis jalur agak curam dan banyak pasir maupun kerikil kecil sehingga licin, angin kencang membawa debu dan pasir sehingga harus siap menutup mata bila ada angin kencang. Pos IV yang berada di puncak Gunung Watu Tulis dengan ketinggian mencapai 2.896 mdpl ini, disebut juga Pos Pemancar karena di puncaknya terdapat sebuah Pemancar Radio.
Menuju Pos V jalur menurun, pos ini dikelilingi bukit dan tebing yang indah. Pendaki dapat turun menuju kawah Condrodimuko. Dan di sini terdapat mata air, bedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian pendaki akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo, pendaki dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah. Lebih dekat lagi tampak Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gunung Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Menuju Puncak Kenteng Songo ini jalurnya sangat berbahaya, selain sempit hanya berkisar 1 meter lebarnya dengan sisi kiri kanan jurang bebatuan tanpa pohon, juga angin sangat kencang siap mendorong pendaki setiap saat. Di puncak ini terdapat batu kenteng / lumpang / berlubang dengan jumlah 9 menurut penglihatan paranormal.
Menuruni gunung Merbabu lewat jalur menuju Selo menjadi pilihan yang menarik. Pendaki akan melewati padang rumput dan hutan edelweis, juga bukit-bukit berbunga yang sangat indah. Di sepanjang jalan pendaki dapat menyaksikan Gunung Merapi yang kelihatan sangat dekat dengan puncak yang selalu mengeluarkan Asap.
Pendaki akan menuruni dan mendaki beberapa gunung kecil yang dilapisi rumput hijau tanpa pepohonan untuk berlindung dari hempasan angin. Disepanjang jalur tidak terdapat mata air dan pos peristirahatan. Kabut dan badai sering muncul dengan tiba-tiba, sehingga sangat berbahaya untuk mendirikan tenda.
Jalur menuju Selo ini sangat banyak dan tidak ada rambu penunjuk jalan, sehingga sangat membingungkan pendaki. Banyak jalur yang sering dilalui penduduk untuk mencari rumput dipuncak gunung, sehingga pendaki akan sampai diperkampungan penduduk.
Dari Selo dapat dilanjutkan dengan bus kecil jurusan Boyolali-Magelang, bila ingin ke yogya ambil jurusan Magelang, dan bila hendak ke Semarang atau Solo ambil jurusan Boyolali.
Jalur Wekas
Untuk menuju ke Desa Wekas kita harus naik mobil Jurusan Kopeng - Magelang turun di Kaponan, yakni sekitar 9 Km dari Kopeng, tepatnya di depan gapura Desa Wekas. Dari Kaponan pendaki berjalan kaki melewati jalanan berbatu sejauh sekitar 3 Km menuju pos Pendakian.
Jalur ini sangat populer dikalangan para Remaja dan Pecinta Alam kota Magelang, karena lebih dekat dan banyak terdapat sumber air, sehingga banyak remaja yang suka berkemah di Pos II terutama pada hari libur. Wekas merupakan desa terakhir menuju puncak yang memakan waktu kira-kira 6-7 jam. Jalur wekas merupakan jalur pendek sehingga jarang terdapat lintasan yang datar membentang. Lintasan pos I cukup lebar dengan bebatuan yang mendasarinya. Sepanjang perjalanan akan menemui ladang penduduk khas dataran tinggi yang ditanami Bawang, Kubis, Wortel, dan Tembakau, juga dapat ditemui ternak kelinci yang kotorannya digunakan sebagai pupuk. Rute menuju pos I cukup menanjak dengan waktu tempuh 2 jam. Jalur dimulai dari perjalanan sepanjang ladang. Setelah sekitar 500 meter pendakian, akan mencapai Makam Tetua Desa sebagai batas antara ladang penduduk dan hutan pinus.
Pos I merupakan sebuah dataran dengan sebuah balai sebagai tempat peristirahatan. Pos I berjarak sekitar 1,5 km dari basecamp. sebelum mencapai Pos I pendaki akan menemui Pos i Bayangan yang ditandai dengan Papan Nama. Pos I Bayangan merupakan lahan terbuka yang bisa digunakan untuk beristirahat dan berkemah. tidak ada sumber air baik di Pos I maupun pos I bayangan. Waktu tempuh menuju pos II adalah 2 jam, dengan jalur yang terus menanjak curam.
Pos II merupakan sebuah tempat yang terbuka dan datar, yang biasa didirikan hingga beberapa puluhan tenda. Pada hari Sabtu, Minggu dan hari libur Pos II ini banyak digunakan oleh para remaja untuk berkemah. Sehingga pada hari-hari tersebut banyak penduduk yang berdagang makanan. Pada area ini terdapat sumber air yang di salurkan melalui pipa-pipa besar yang ditampung pada sebuah bak. Terdapat toilet di Pos II sejumlah 4 buah.
Dari Pos II terdapat jalur buntu yang menuju ke sebuah sungai yang dijadikan sumber air bagi masyarakat sekitar Wekas hingga desa-desa di sekitarnya. Jalur ini mengikuti aliran pipa air menyusuri tepian jurang yang mengarah ke aliran sungai di bawah kawah. Terdapat dua buah aliran sungai yang sangat curam yang membentuk air terjun yang bertingkat-tingkat, sehingga menjadi suatu pemandangan yang sangat luar biasa dengan latar belakang kumpulan puncak - puncak Gunung Merbabu.
Selepas pos II jalur mulai terbuka hingga bertemu dengan persimpangan jalur Kopeng yang berada di atas pos V (Watu Tulis), jalur Kopeng. Dari persimpangan ini menuju pos Helipad hanya memerlukan waktu tempuh 15 menit. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo (Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Jalur Kopeng Cunthel
Untuk menuju ke desa Cuntel dapat ditempuh dari kota Salatiga menggunakan mini bus jurusan Salatiga Magelang turun di areal wisata Kopeng, tepatnya di Bumi perkemahan Umbul Songo. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menyusuri Jalan setapak berbatu yang agak lebar sejauh 2,5 km, di sebelah kiri adalah Bumi Perkemahan Umbul Songo. Setelah melewati Umbul Songo berbelok ke arah kiri, di sebelah kiri adalah hutan pinus setelah berjalan kira-kira 500 meter di sebelah kiri ada jalan setapak ke arah hutan pinus, jalur ini menuju ke desa Thekelan.
Untuk menuju ke Desa Cuntel berjalan terus mengikuti jalan berbatu hingga ujung. Banyak tanda penunjuk arah baik di sekitar desa maupun di jalur pendakian. Di Basecamp Desa Cuntel yang berada di tengah perkampungan ini, pendaki dapat beristirahat dan mengisi persediaan air. Pendaki juga dapat membeli berbagai barang-barang kenangan berupa stiker maupun kaos.
Setelah meninggalkan perkampungan, perjalanan dilanjutkan dengan melintasi perkebunan penduduk. Jalur sudah mulai menanjak mendaki perbukitan yang banyak ditumbuhi pohon pinus. Jalan setapak berupa tanah kering yang berdebu terutama di musim kemarau, sehingga mengganggu mata dan pernapasan. Untuk itu sebaiknya pendaki menggunakan masker pelindung dan kacamata.
Setelah berjalan sekitar 30 menit dengan menyusuri bukit yang berliku-liku pendaki akan sampai di pos Bayangan I. Di tempat ini pendaki dapat berteduh dari sengatan matahari maupun air hujan. Dengan melintasi jalur yang masih serupa yakni menyusuri jalan berdebu yang diselingi dengan pohon-pohon pinus, sekitar 30 menit akan sampai di Pos Bayangan II. Di pos ini juga terdapat banguanan beratap untuk beristirahat.
Dari Pos I hingga pos Pemancar jalur mulai terbuka, di kiri kanan jalur banyak ditumbuhi alang-alang. Sementara itu beberapa pohon pinus masih tumbuh dalam jarak yang berjauhan.
Pos Pemancar atau sering juga di sebut gunung Watu Tulis berada di ketinggian 2.896 mdpl. Di puncaknya terdapat stasiun pemancar relay. Di Pos ini banyak terdapat batu-batu besar sehingga dapat digunakan untuk berlindung dari angin kencang. Namun angin kencang kadang datang dari bawah membawa debu-debu yang beterbangan. Pendakian di siang hari akan terasa sangat panas. Dari lokasi ini pemandangan ke arah bawah sangat indah, tampak di kejauhan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, tampak Gunung Ungaran di belakang Gunung Telomoyo.
Jalur selanjutnya berupa turunan menuju Pos Helipad, suasana dan pemandangan di sekitar Pos Helipad ini sungguh sangat luar biasa. Di sebelah kanan terbentang Gunung Kukusan yang di puncaknya berwarna putih seperti muntahan belerang yang telah mengering. Di depan mata terbentang kawah yang berwarna keputihan. Di sebelah kanan di dekat kawah terdapat sebuah mata air, pendaki harus dapat membedakan antara air minum dan air belerang.
Perjalanan dilanjutkan dengan melewati tanjakan yang sangat terjal serta jurang di sisi kiri dan kanannya. Tanjakan ini dinamakan Jembatan Setan. Kemudian kita akan sampai di persimpangan, ke kiri menuju Puncak Syarif (Gunung Pregodalem) dan ke kanan menuju puncak Kenteng Songo ( Gunung Kenteng Songo) yang memanjang.
Dari puncak Kenteng songo kita dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya yang mengepulkan asap setiap saat, tampak dekat sekali. Ke arah barat tampak Gn.Sumbing dan Sindoro yang kelihatan sangat jelas dan indah, seolah-olah menantang untuk di daki. Lebih dekat lagi tampak Gn.Telomoyo dan Gn.Ungaran. Dari kejauhan ke arah timur tampak Gn.Lawu dengan puncaknya yang memanjang.
Padang sabana menjadi salah satu alasan ramainya pengunjung di Taman Nasional Gunung Merbabu, namun ramainya pengunjung juga berimbas pada erosi yang terjadi di sepanjang jalur pendakian Selo.
Jalur Selo
Jalur pendakian Merbabu Via Selo saat ini menjadi jalur yang relatif lebih ramai dari jalur yang lainnya. Pemandangan yang indah dengan sabana yang menghampar membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Ditambah lagi dari jalur ini tetangga dekat gunung merbabu yaitu Merapi bisa terlihat dengan jelas.
Akses ke lokasi adalah yogyakarta atau Solo, jika dari Solo naik bus jurusan Semarang turun di kota Boyolali. Apabila dari kota Yogyakarta harus naik bus jurusan Solo turun di Kartasura, kemudian ganti bus jurusan Solo Semarang turun di kota Boyolali. Untuk menuju ke Selo dari kota Boyolali menggunakan bus kecil jurusan Selo. Bus yang langsung ke Selo agak jarang biasanya hanya sampai Pasar Cepogo, dan dari pasar Cepogo ganti lagi bus kecil yang menuju Selo. Dari kota Boyolali bus kecil yang menuju Selo ini tidak parkir di terminal Boyolali. Pendaki harus sedikit berjalan kaki ke Pasar Sapi di mana bus kecil jurusan Cepogo/Selo berhenti mencari penumpang.
Awal pendakian, pendaki akan disambut gapura selamat datang dari Taman Nasional Gunung Merbabu. Memasuki pintu hutan suasana jalanan kiri kanan dipenuhi pohon pinus dan lamtoro, di siang haripun akan terasa sejuk. Jalanan masih cukup landai hingga 15 menit perjalanan. Setelah berjalan 1-1,5 jam sampailah di pos 1 (Dok Malang). Pos ini masih berada di rimbunnya pepohonan.
Selepas pos 1, trek belum lah terasa cukup curam, ada satu tanjakan yang lumayan terjal dan di puncaknya adalah pos bayangan. Baru setelah berjalan 20 menit dari pos bayangan pendaki akan sampai di pos 2 (pandean) jarak dari pos 1-2 ini bisa dibilang panjang.
Selanjutnya, jarak antara pos 2 dan 3 tidaklah jauh. Sekitar 45 menit berjalan, pendaki akan sampai di pos 3 (Watu Tulis) pemandangan di Sini cukup indah dengan merapi yang cukup jelas jika tidak berkabut. Ditambah lagi dengan rimbunnya pohon-pohon edelweis. Sebaiknya istirahat sedikit lama di pos 3 ini.
Menuju pos 4 (Sabana 1) pendaki akan dihadapkan dengan trek yang cukup membuat nafas tersendat. Trek yang terjal dengan tanah yang mudah membuat tergelincir. Pilih jalan sedikit ke kiri untuk karena di sebelah kiri bisa mendapat pegangan.
Sabana 1 ini merupakan salah satu tempat menarik untuk berkemah, tempatnya yang datar dan pemandangannya yang indah mungkin menjadi alasan para pendaki memilih untuk mendirikan tenda mereka di sini. Namun angin di tempat ini cukup kencang, terlebih lagi sangat rawan badai.
Dari sabana 1 untuk menuju sabana 2 (pos 5) tidaklah diperlukan waktu yang lama. Sekitar 40 menit saja. Trek berupa tanjakan yang sedikit terjal meski tidak seterjal antara pos 3-pos 4 namun angin cukup kencang bila malam di tempat ini. setelah sampai puncak bukit kita akan berjalan menurun dan sampailah di pos 5 (sabana 2). Meskipun terpaan angin masih terasa besar tetapi menurut saya inilah tempat mendirikan tenda yang pas.
Jika menginginkan menikmati sunrise di puncak, sebaiknya mulai bangun jam 3 pagi untuk menyiapkan sarapan dan melakukan summit attack. Waktu tempuh ke puncak sekitar 1 – 1,5 jam. Kalau malas bangun pagi, sunrise bisa dinikmati di bukit sebelah timur sabana. Keuntungan jalur ini adalah, sunrise bisa dinikmati di sepanjang jalur pendakian.
Catatan: untuk para pendaki yang naik dari jalur Selo, kebutuhan air minum harus dibawa dari bawah/basecamp karena sepanjang perjalanan ke puncak tidak sumber air.
Lanskap sisi barat daya Taman Nasional Gunung Merbabu. Gunung Merbabu terkenal dengan keindahan padang rumputnya yang sering disebut dengan 'sabana'. namun seiring dengan meningkatnya pengunjung, keindahan sabana ini juga terancam untuk rusak.
Jalur Suwanting
Jalur Suwanting adalah jalur yang pernah dibuka pada tahun 1990 dan 1998, tetapi setelah tahun 1998 jalur ini ditutup untuk pendakian dan baru awal tahun 2015 lalu jalur ini kembali dibuka.
Jalur pendakian ini terletak di Dusun Suwanting Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang yang jaraknya sekitar 5 km dari Gardu pandang Ketep Pass. Jika berangkat dari Kota Yogyakarta memerlukan dua jam perjalanan menggunakan kendaraan roda dua.
Jalur Pendakian Gunung Merbabu via Suwanting ini terkenal indah dan memiliki pemandangan sabana yang menarik perhatian pendaki gunung. Jalur ini memiliki tiga Pos (Pos Lembah Lempong, Pos Selter Bendera, dan Pos Ndampo Awang). Pendaki dapat mendirikan tenda di pos 2 dan pos 3 karena lokasinya cukup luas dan pemandangannya sungguh indah dengan latar belakang Gunung Merapi.
Di Jalur ini pendaki tidak perlu khawatir kekurangan air, karena di sepanjang jalur pendakian memiliki tiga pos air yang bisa di gunakan untuk konsumsi, Pos air terletak di bawah Lembah cemoro, Lembah manding dan terakhir di bawah pos 3.
Setelah dari pos 3, pendaki akan melewati sabana yang menyejukkan. Jika berkunjung pada musim penghujan atau kisaran bulan Mei - Agustus, pendaki akan menemui padang rumput berwarna hijau.
Galeri
Pemandangan Gunung Merbabu dilihat dari gerbang toll salatiga
Gerbang Pendakian Gunung Merbabu via Selo
Pemandangan Gunung Merapi dari Gunung Merbabu
Pos 2 Gunung Merbabu via Selo
Padang Savana 1 Gunung Merbabu via Selo
Lihat pulaDaftar gunung di Indonesia
Referensi
"Mountains of the Indonesian Archipelago" Peaklist.org. Retrieved 2012-06-23.
"Dusun Buddhis Takelan di Lereng Gunung Merbabu". Harmoni Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2019-07-02. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-06. Diakses tanggal 2021-01-04.